Apa itu Jet Stream ?
Jet-Stream adalah fenomena di
atmosfer berupa arus udara yang mengalir secara cepat, sempit dan
berkelok-kelok yang terjadi di lapisan tropopause. Sedangkan Streak Jet adalah isotach maksimum yang berada dalam Jetstream.
Ada dua jenis jetstream yang sering terjadi di
atmosfer, yaitu polar Jetstream dan subtropical Jetstream. Polar Jetstream atau
biasa disebut dengan Mid-latitude Jetstream adalah jetstream yang terjadi di daerah
kutub dan lintang pertengahan. Sering disebut juga aliran jestream lintang
pertengahan dengan angin geostropik tinggi yang ada di atmosfer.
Arah pergerakannya dari barat ke timur secara berkelok-kelok dan memiliki kecepatan yang
bisa mencapai >500 km/jam
(300 mph) dengan kecepatan tertinggi pada musim dingin. Hubungan antara lokasi jetstream dan gradien suhu adalah konsekuensi dari hubungan
angin termal.
Sedangkan yang dimaksud dengan subtropical jetstream yaitu Jet
stream semi permanen yang ada di daerah subtropis. Terjadi pada musim dingin, karena gradien suhu pada musim
panas relatif rendah sehingga subtropical jetstream lemah saat musim panas. Memiliki kecepatan yang lebih lambat dari polar jet stream dengan arah pergerakan dari barat ke timur. Biasanya
terjadi pada ketinggian sekitar 13 KM.
Mekanisme terjadinya jetstream
yakni pada ketinggian 8
hingga 15 kilometer, angin kencang berhembus dari arah barat ke arah timur
dengan kecepatan 320 kilometer per jam. Angin yang berhembus dengan sangat kencang inilah yang disebut jetstream. Angin ini terbentuk pada perbatasan tiga sel
peredaran utama di tiap belahan bumi, yaitu tempat bertemunya massa udara yang
suhunya sangat beraneka ragam. Perubahan suhu yang terjadi secara mendadak ini
akan menghasilkan perbedaan tekanan yang menyebabkan terciptanya angin kuat.
Pada musim dingin, perbedaan suhu itu akan terus meningkat dan jetstream menjadi lebih kuat. Jetstream terdapat pada lapisan tropopause, dimana
lapisan troposfer bertemu dengan lapisan stratosfer. Polar jetstream terbentuk pada perbatasan antara peredaran sel kutub
dan sel Ferrel. Subtropical jetstream
terbentuk di tempat pertemuan sel
Ferrel dengan sel
Hadley. Pergerakan jetstream
berbelok-belok ke utara dan selatan melintasi bumi mengikuti perubahan musim.
Di belahan bumi bagian utara, subtropical jetstream
terpusat pada sekitar garis lintang 30° pada bulan Januari. Pada bulan Juli, jetstream itu telah berpindah
ke sekitar garis lintang 40°. Pada musim dingin, tropical jetstream berhembus lebih kencang dan sering bergabung dengan polar jetstream sehingga menyebabkan
badai timbul di bawahnya.
Sistem tekanan tinggi dan tekanan rendah, membelokkan polar jetstream sehingga membelok seperti seekor ular yang berjalan. Subtropical jetstream kurang berbelok-belok karena tidak bertemu dengan banyak sistem tekanan. Berbeloknya polar jetstream
dapat menghasilkan sistem tekanan tinggi di tempat yang tinggi. Sistem tekanan
rendah pada ketinggian yang sama kemudian dapat muncul di selatan sehingga polar jetstream itu terpisah dan terpecah menjadi dua arus jet yang
lebih kecil.
Menurut P. V. Joseph and S.
Sijikumar dalam jurnalnya yang berjudul Intraseasonal
Variability of the Low-Level Jet Stream of the Asian Summer Monsoon tahun
2003 menyatakan bahwa beliau mengumpulkan data untuk menganalisis adanya
jetstream menggunakan radiosonde atau radio-wind network di negara India.
Kemudian dalam penelitian itu Joseph dan Raman (1966) menetapkan adanya low level jetstream barat lebih kuat di semenanjung India dengan pergeseran angin vertikal dan angin horizontal yang kuat. LLJ ini terlihat lebih kuat di Semenanjung India sering terjadi pada bulan Juli saat terjadi monsun dengan inti sekitar 1,5 km di atas permukaan laut dan inti angin
kecepatan urutan 40-60 kt. Akan tetapi, menurut P. Koteswaram dalam jurnalnya
yang berjudul The Easterly Jet Stream in
the Tropics tahun 1957 sebuah survei sebagaimana ditunjukkan hanya memerlukan cakupan rawin yang baik. Sayangnya, analisis harian dengan data radiosonde saja tidak dapat
diandalkan di daerah tropis karena kesalahan teknis sering memiliki perbedaan besar dengan sinoptik. Data radiosonde rata-rata untuk
seluruh musim panas tahun 1955, bagaimanapun, memberikan gambaran yang cukup
mencerminkan pola aliran tinggi troposfer. Pembentukan stasiun rawin di Madras,
India, dan Thailand telah sangat berguna. Pengumpulan data dari berbagai sumber
selalu sulit, dalam
hal ini data harian belahan bumi utara yang diterbitkan oleh Biro Cuaca AS
sejak Juli 1955 telah terbukti sangat membantu. Data untuk India telah
diperoleh dari India Laporkan Cuaca Harian.
Pengaruh jetstream
terhadap cuaca itu sendiri yakni adanya pergeseran cuaca yang terjadi di
sebagian wilayah di belahan bumi, seperti pemanasan yang terjadi di
laut Artik dan temperatur telah meningkat dua sampai tiga kali lebih
cepat dibandingkan dengan belahan bumi yang lain. Selain itu,
curah hujan di Indonesia yang sudah tinggi menjadi semakin tinggi karena
wilayah Indonesia yang sebagian besar adalah maritim sehingga penguapan yang
terjadi sangat besar ketika radiasi matahari semakin meningkat. Selain itu, dalam
dunia penerbangan jetstream sangat mempengaruhi pesawat, yakni dapat
menyebabkan terjadinya cuaca buruk, yakni dapat menyebabkan turbulensi yang
dapat menyebabkan terjadinya guncangan pada pesawat dan pesawat kehilangan
kendali.
0 Komentar